Minggu, 12 Agustus 2012

Departemen Kehutanan Kembangkan Teknologi Penghasil Gaharu Kualitas Super 29/04/2009 03:11 SIARAN PERS Nomor : S.213/PIK-1/2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN KEMBANGKAN TEKNOLOGI PENGHASIL GAHARU KUALITAS SUPER Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan berhasil menemukan teknologi produksi gaharu yang mampu menghasilkan gaharu dengan kualitas AB yang mempunyai harga jual tinggi. Kualitas ini masih dapat ditingkatkan apabila waktu pemanenan diperpanjang sehingga dapat menghasilkan gaharu kualitas super. Gaharu kualitas AB tersebut dihasilkan pohon yang diinduksi selama 2 tahun. Pohon tersebut dapat menghasilkan gubal gaharu 4 kilogram kualitas AB dan 8 kilogram kualitas kemedangan. Dari hasil panen tersebut diperkirakan nilai jual sebatang pohon berusia 7 tahun yang telah diinduksi tidak kurang dari Rp 20 juta. Di pasaran dalam negeri, kualitas gaharu dikelompokkan menjadi 6 kelas mutu, yaitu Super (Super King, Super, Super AB), Tanggung, Kacangan (Kacangan A, B, dan C), Teri (Teri A, B, C, Teri Kulit A, B), Kemedangan (A, B, C) dan Suloan. Teknologi yang dihasilkan diyakini dapat meningkatkan nilai ekonomis pohon secara signifikan yang selanjutnya dapat menjadi insentif kepada masyarakat maupun pengusaha untuk menanam dalam jumlah yang lebih besar. Badan Litbang Kehutanan telah melakukan penelitian gaharu sejak tahun 1984 dengan mencari jenis-jenis mikroba pembentuk gaharu. Hingga kini Badan Litbang telah memiliki lebih dari 20 isolat mikroba penghasil gaharu dari berbagai daerah di Indonesia, dengan 4 isolat diantaranya dipastikan memiliki kemampuan pembentuk gaharu secara konsisten. Saat ini Puslitbang Departemen Kehutanan bersama para pembudidaya pohon gaharu di berbagai daerah telah menanam pohon penghasil gaharu tidak kurang dari 1 juta batang. Melihat keberhasilan Indonesia dalam mengembangkan teknologi ini, International Tropical Timber Organizational (ITTO) menaruh perhatian khusus dan menjalin kerjasama untuk membantu percepatan pengembangan gaharu, baik dari segi budidaya maupun teknologi induksinya. Kerjasama ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar hutan agar mampu membudidayakan pohon penghasil gaharu sehingga tingkat kesejahteraannya dapat meningkat secara signifikan sekaligus menjadi salah satu upaya menjaga kelestarian hutan. Jakarta, 29 April 2009 Kepala Pusat Informasi Kehutanan, Ttd. M a s y h u d NIP. 19561028 198303 1 002
Menuju Produksi Gaharu Secara Lestari 11/11/2009 03:28 S I A R A N P E R S Nomor: S.574/PIK-1/2009 MENUJU PRODUKSI GAHARU SECARA LESTARI Departemen Kehutanan dan Institut Pertanian Bogor bekerjasama menyelenggarakan Seminar Nasional Gaharu, pada 12 November 2009 bertempat di IPB International Convention Center (IICC), Botani Square, Bogor. Seminar yang mengambil tema “Menuju Produksi Gaharu Secara Lestari di Indonesia” tersebut akan dibuka oleh Menteri Kehutanan dan dihadiri instansi pemerintah baik pusat maupun daerah, perguruan tinggi, peneliti, petani, praktisi, mahasiswa, pengusaha, LSM dan masyarakat umum yang tertarik dengan segala aspek yang berkaitan dengan gaharu dan produknya. Seminar bertujuan memberikan arahan ke depan untuk membangun kerangka pencapaian pengelolaan hutan gaharu (tanaman atau alam) yang berkelanjutan. Gaharu atau agarwood, aloewood, eaglewood dan jinkoh mempunyai nilai jual tinggi. Gaharu dimanfaatkan untuk berbagai tujuan seperti bahan dasar industri parfum, dupa dan obat-obatan. Kelangkaan pohon gaharu di hutan alam menyebabkan perdagangan gaharu asal semua species Aquilaria dan Gyrinops di atur dalam CITES (Convention on International trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), dan ekspornya dibatasi dalam kuota. Sejak tahun 2003, kuota ekspor gaharu menurun terus menjadi sekitar 125 ton/tahun untuk setiap species. Dalam batasan kuota ini, produksi hanya dapat memenuhi sekitar 10-20% permintaan pasar, sehingga peluang pasar masih terbuka. Untuk menjaga kelestarian alam sekaligus keberlanjutan ekspor, selain harus dikonservasi, gaharu juga harus diproduksi secara buatan pada pohon gaharu hasil budidaya. Pembudidayaan pohon gaharu harus diupayakan. Sampai saat ini pemerintah daerah beberapa provinsi yang merupakan daerah endemik gaharu telah mensosialisasikan dan merealisasikan program penanaman gaharu. Pohon gaharu telah ditanam lebih dari 1750 Ha di seluruh Indonesia. Pohon-pohon ini menjadi modal dasar menuju produksi gaharu secara lestari di Indonesia. Jakarta, 11 November 2009 Kepala Pusat Informasi Kehutanan, ttd. M A S Y H U D NIP. 19561028 198303 1 002